Cara Pemupukan Bibit Padi

Benih padi merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang memiliki peran sangat menentukan dalam upaya peningkatan produksi dan kualitas hasil gabah yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan perbenihan padi harus mampu menjamin ketersediaan benih bermutu secara memadai dan berkelanjutan.

Penggunaan varietas padi unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif terhadap pemupukan, dan tahan terhadap hama penyakit utama disertai dengan perbaikan teknik irigasi dan budidaya terbukti dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi, dan kecukupan pangan.

Sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan pasokan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional.

Kesuburan tanah bervariasi antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan kimia, sehingga kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman juga bervariasi.

Pemupukan dimaksudkan untuk meningkatkan suplai unsur hara untuk memenuhi kebutuhan tanaman agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Agar efisien, jumlah pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk SP-36 dan KCI dosisnya disesuaikan dengan ketersediaan P dan K di dalam tanah.

Sedangkan untuk pupuk urea, dosis dan waktu pemberian disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan menggunakan teknologi Leaf Color Chart (BWD).

Pemupukan menggunakan BWD dan analisis tanah adalah sebagai berikut:

  1. Pupuk dasar sebanyak 50-75 kg Urea/ha pada rentang umur 1-14 HST (hari setelah tanam)
  2. Pada umur 25-28 HST lakukan pengukuran menggunakan BWD sampai umur 50 HST dengan selang waktu 7-10 hari
  3. Jika pada fase antara munculnya jumbai sampai berbunga 10%, pengukuran pada daun PTB dalam skala 4 atau kurang, berikan 50 kg Urea/ha.
  4. Pemberian pupuk P diberikan seluruhnya bersamaan dengan pemberian pupuk dasar Urea. Pemupukan K, jika dosis rendah, semua diberikan bersamaan dengan aplikasi pupuk dasar dan jika dosis pupuk K tinggi (> 100 kg KCl/ha) maka 50% diberikan sebagai pupuk dasar dan sisanya selama berbunga primordial.

sebagai sumber hara, pupuk merupakan sarana produksi yang memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Masalahnya adalah penggunaan pupuk kimia secara terus menerus pada dosis tinggi dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan, dan menurunkan tingkat efsiensi penggunaannya.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu upaya meningkatkan efsiensi pemupukan dengan mengelola pupuk secara tepat sesuai kebutuhan tanaman dan kondisi lahan agar produktivitas tinggi.

Beberapa faktor yang akan menentukan efsiensi penggunaan pupuk antara lain:

  1. macam tanah
  2. pengelolaan hama dan penyakit
  3. varietas padi
  4. waktu pemberian pupuk
  5. musim dan waktu tanam
  6. sumber/macam pupuk
  7. tataguna air
  8. rotasi tanaman, dan
  9. pengendalian gulma.

Dalam praktek, efsiensi pemupukan ditingkatkan dengan cara-cara:

  1. pupuk setelah disebar rata dicampur atau diaduk dengan lumpur, misalnya pemupukan bersamaan dengan menggaru atau melandak rumput, sehingga kehilangan pupuk tidak terjadi
  2. pemupukan dilakukan pada saat air tidak mengalir, tetapi tanah dalam keadaan macak-macak, sehingga pupuk yang larut segera diikat oleh partikel-partikel halus dalam tanah, dan
  3. Penetapan kebutuhan dan waktu aplikasi pupuk berdasarkan alat bantu seperti Bagan Warna Daun untuk pupuk Nitrogen.

Teknik Pemupukan Tanaman Padi

Teknik pemupukan tanaman padi memang sangat relatif, tidak ada ukuran secara pasti dosis dan waktu yang ditentukan, karena banyak sekali faktor yang harus diperhatikan. Struktur tanah dengan kondisi unsur hara yang berbeda-beda di tempat satu dengan yang lainnya, tentu juga memerlukan cara-teknik yang berbeda dalam pemupukan tanaman padi.

Jika kita menggunakan kombinasi pupuk tunggal (Urea, SP-36 dan KCI) perbandingan pupuk masing-masing jenis per hektar adalah sebagai berikut:

  1. Pupuk Nitrogen (Urea) : 200 kg – 250 kg
  2. Pupuk Phospor (SP36) : 100 kg – 150 kg
  3. Pupuk Kalium (KCl) : 75 kg – 100 kg.

Selanjutnya waktu pemberian pupuk pada tanaman padi juga perlu perhitungan yang pas karena sangat bervariasi dan berbeda satu dengan lainnya. Sebagai gambaran adalah sebagai berikut, jika kita mengacu pada rekomendasi di atas, maka lakukan beberapa langkah sebagai berikut:

  1. Lakukan penyebaran pupuk SP36 sesuai dosis ke lahan sawah, satu hari sebelum penanaman bibit.
  2. Setelah umur 7 hari setelah tanam, lakukan penyebaran pupuk urea ±30 persen (±70 kg) dan pupuk KCl sebesar 50 persen (±40 kg).
  3. Setelah umur 20 hari, lakukan penyebaran urea sebesar 40 persen.
  4. Setelah umur 30 hari, lakukan penyebaran urea 30 persen dan KCl 50 persen.