cara mengeringkan padi di musim hujan

Cara Mengeringkan Padi Di Musim Hujan Pembahasan

Cara Mengeringkan Padi Di Musim Hujan Musim panen padi mulai berlangsung di beberapa sentra pangan di tanah air. Namun dengan kondisi masih banyak hujan, kualitas gabah menjadi turun karena tingginya kadar air. Imbasnya harga jual gabah/beras milik petani anjlok di bawah ketentuan pemerintah.

Padahal sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras, pemerintah menetapkan har­ga pembelian pemerintah (HPP). Untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 3.700/kg dan di penggilingan Rp 3.750/kg. Sedangkan harga gabah kering giling (GKG) Rp 4.600/kg di penggilingan dan Rp 4.650/kg di gudang Bulog. Sementara harga beras Rp 7.300/kg di gudang Bulog.

Dalam Inpres tersebut juga disebutkan persyaratan kualitas yang sesuai HPP. Untuk GKP kadar air 25% dan kadar hampa 10%. Untuk GKG kadar air 14% dan kadar hampa 3%. Sedangkan kualitas beras kadar air 14%, butir patah 20%, butir menir 2% dan derajat sosoh 95%.

Cara Mengeringkan Padi Di Musim Hujan Cara Tradisional

Bagi petani kecil di Indonesia, pasca panen saat musim peng­hujan menjadi persoalan ter­sen­diri, terutama dalam penge­ringan. Proses pengeringan ga­bah merupakan cara untuk menu­runkan kadar air (KA) gabah dari gabah kering panen (sekitar 23-29%) menjadi gabah kering giling (sekitar 14%).

Setelah panen, gabah harus segera dikeringkan karena kadar air gabah setelah panen masih cukup tinggi (sekitar 23-30%). Gabah yang disimpan tanpa pengeringan terlebih dahulu akan rusak. Bahkan jika terlambat mengerikan, maka akan menurunkan mutu dan hasil panen, seperti butir kuning, biji rusak, dan rendemen giling yang rendah.

Pengeringan gabah dapat di­la­kukan secara tradisional meng­gunakan tenaga matahari (penjemuran) atau dengan meng­gu­nakan alat/mesin pengering buatan. Namun proses pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi atau kondisi panas yang tidak kontinyu akan menyebabkan kadar beras pecah menjadi tinggi.

Sejumlah petani di Indonesia kadang mengakali dengan ber­bagai cara untuk pengeringan. Con­tohnya di Desa Demung, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, petani menyiasati keterbatasan tersebut dengan menjemur padi secara tradisional dan sederhana. Alter­natifnya di pinggir jalan atau halamam rumahnya dengan ber­alaskan terpal.

Salah satu petani asal Desa Demung, Kecamatan Besuki, Ika Budiharjo mengatakan, setelah dijemur, padi yang sudah agak kering diangkut lagi ke dalam rumah dan “dijereng” di terpal supaya kena angin. Esoknya, kalau ada sinar matahari, dilakukan penjemuran lagi di halaman hingga 3-4 kali. “Setelah padi benar-benar kering, proses selanjutnya adalah menyimpannya di dalam karung plastik,” katanya.

Menurut dia, penjemuran seca­ra tradisional ini sudah jamak dilakukan petani. Diakui, cara ter­sebut memang merepotkan, karena harus berburu dengan hu­jan. “Apalagi matahari saat musim panen Januari-Maret juga tak begitu terang, sehingga perlu penjemuran secara berulang-ulang hingga 3-4 kali,” tuturnya.

Ketersediaan

Belum meratanya peralatan pasca panen padi seperti lantai jemur, oven, alat modern lainnya untuk memanen padi juga dialami petani kecil di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sleman, Widi Sutikno, pasca panen yang benar juga menentukan tingkat produktivitas padi.

“Hanya saja, petani di sini tak semuanya memiliki mesin pemanen, lantai jemur dan oven. Mereka hanya memanfaatkan alat tradisional seperti sabit dan terpal. Menjemurnya pun kadang di pinggir jalan atau di pematang sawah,” kata Widi.

Namun, menurut Widi, petani yang sudah menjadi anggota Gapoktan tak mengalami kesulitan mengatasi pasca panen padi saat musim penghujan. Di Sleman ada 86 Gapoktan yang sudah memiliki mesin penggiling, lantai jemur dan oven sendiri. “Hanya saja, kalau dibandingkan dengan jumlah petani yang ada di Sleman, memang peralatan pasca panen ini belum maksimal,” kata Widi.

Karena telah dilengkapi de­ngan sarana dan prasarana pasca panen yang memadai, Gapoktan di Sleman hanya perlu waktu penjemuran padi rata-rata 3-4 hari. Bahkan, jika matahari sedang terik, padi yang dijemur hanya perlu waktu dua hari. “Kita juga menyiapkan lumbung pangan di 10 tempat dengan kapasitas 10 ton per unit,” kata Widi.

Meski petani di Sleman belum menggunakan alat modern untuk memanen padi, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sleman sudah memberi arahan agar padi yang sudah dijemur jangan langsung dimasukkan ke karung. Sebab, padi yang belum benar-benar kering akan lembab dan akhirnya membusuk.

“Sebaiknya, padi yang sudah dijemur sehari agar diangin-angin­kan terlebih dahulu. Bila belum kering benar, harus dijemur lagi. Setelah benar-benar kering, baru disimpan ke dalam karung plastik,” tutur Widi.

Cara Mengeringkan Padi Di Musim Hujan Menggunakan Mesin

cara mengeringkan padi di musim hujan mesin pengering sebenarnya dibuat dengan sederhana, yakni boks berukuran tertentu dengan ruang untuk pembakaran yang nantinya akan dijadikan sumber panas. Kemudian ada juga ruang khusus yang menjadi padi berada untuk dikeringkan. Namun bila dilihat dari aspek kinerja, mesin ini terbagi menjadi 2, yakni secara langsung maupun tak langsung. Kemudian ada beberapa pilihan bahan bakar yang dapat dipakai mulai dari minyak tanah untuk mesin era lama.

Namun untuk mesin kodern, bahan bakar yang dapat dipakai adalah bensin, kayu, gas LPG, bahkan sampai batu bara. Menariknya lagi, mesin ini juga sering digunakan untuk proses pengeringan kakao, kacang, kedelai, kemiri, jagung, gaplek, sampai kerupuk dan berbagai macam jenis bahan makanan lainnya. Inilah mengapa mesin ini sangat laris karena dapat menjadi alternatif yang sangat pas saat cuaca sedang susah.

Pembahasan Aspek

Selanjutnya ada aspek yang sangat perlu untuk dibahas dalam mesin pengering padi untuk cara mengeringkan padi di musim hujan, yakni kapasitas mesin dalam menampung padi setiap kali kerjanya. Kapasitas ini memang sangat beragam, namun ada banyak yang ditemukan mesin dengan kapasitas kisaran 500 sampai 4000 kilogram untuk setiap prosesnya. Dengan kapasitas yang besar, proses juga menjadi lebih cepat dan efisien. Kemudian sebagai tenaga penggeraknya, mesin disel biasa dipakai karena dianggap lebih ramah dan multifungsi.

Dan dari aspek material, Anda juga akan menemukan berbagai macam material pembentuknya mulai dari besi, aluminium, sampai kayu. Namun disarankan untuk membeli kerangka besi karena lebih aman dari resiko kebakaran. Maklum, mesin pengering padi sangat erat kaitannya dengan panas. Untuk dapat memiliki mesin tersebut, Anda perlu mengeluarkan sejumlah uang mulai dari jutaan sampai puluhan juta untuk setiap unitnya.

Bagaimana? jangan lupa membaca pembahasan lainnya? semoga bermanfaat Terimakasih. jangan lupa untuk membaca artikel lainnya seperti menanam padi di jepang dan juga banyak lagi.